Saturday, December 2, 2006

My First Fashion Show

Tenang… gw masih pengen lulus jadi Sarjana Sosial kok… gw blom seputus asa itu untuk drop out and start making my living out of runway modeling. Yang gw maksud adalah fashion show pertama yang gw tonton, ofcourse selaing ngeliat Bonde show di Citos yaa.

Sekitar seminggu yang lalu gw nemenin kakak gw ke sebuah launching party SK-II. Salah satu rangkaian acaranya adalah fashion show. It amazed me really… seeing all those skinny women walking in runway. Bukan hanya itu, party itu dihadiri oleh para sosialista Jakarta. Oh my God… gw bener-bener amazed sama mereka. All looking very fancy and bloody rich. All the Gucci, LV, Prada, everything. Bukan hanya itu, tapi cukup dengan ngeliatain muka mereka, cara jalan mereka, it’s like saying… hey, I’m rich and I can do anything I want.

Tentunya Susan Bachtiar hadir di sana. She was hosting the show. Gosh… cantik banget; dia pake gaun putih panjang dari sutra dan ada pita warna merah maroon di pinggangnya. Di bagian simpul pita, dia taro bunga mawar merah. Very…very…beautiful. Susan datang dengan personal assistantnya, Mas Guni namanya. Selama dia hosting the event, gw ngeliat the real version of The Devil Wears Prada. Susan keliling ruangan dan menyapa setiap orang, dan ketika dia lupa nama orang yang akan dia sapa, dia akan pura-pura melihat ke arah samping sambil tersenyum dan Mas Guni akan kasih tau dia siapa nama orang yang akan dia sapa tersebut. Amazing.

Party yang diadain di Blowfish itu menghidangkan cocktail sushi dan free flow red wine.
Setelah fashion show dan launching produk, party dimulai dengan DJ Ai playing behind the turn table. Sayangnya, para sosialista itu lebih memilih berdiri tegak dengan segelas red wine di tangannya dan ngobrol dengan orang-orang; instead of dancing. Ngeliat keadaan kaya gitu, gw dan kakak gw mutusin it’s time to go home.

It was really a lesson full experience for me, being able to feel how it is to be a sosialista; at least for one night only.

Friday, November 17, 2006

Being Fantastically Penniless

After class. Gw, Dania, Antha, gak tau mau kemana. Nebeng Sasha…. Ke PIM yuk!!!
Dania mau cari kado buat Tissa. Other than that, kita gak punya tujuan. Tadinya mau ngupi2, tapi harus irit, udah mau masuk minggu ke tiga soalnya.

Ke Body Shop, ngecek flier CreADtive, ternyata belom ada. Cari fragrance package buat Tissa, gak ketemu. Ke Metro, Dania mau cari bra aja yang lucu. Gw sama Antha jalan-jalan, ngobrol gak penting. Balik ke Dania, pilih bra. Ketemu! Dania buka tas. “Hah… gw gak bawa dompet… tadi pagi ganti tas!!!”
Gw sama Antha: “peace…”
Dania : “Mba… gak jadi…!”

Wondering around gak jelas di mall segede gana. Penniless. Jalan-jalan. Periplus, butik Ben-Q yang baru. Dari satu skywalk ke skywalk yang lain. Ngobrol, ketawa-ketawa. It was fun. Akhirnya, gak jelas. Mulai capek. Mikir. KrispyKreme. Masing-masing satu. Dania pinjem uang. Duduk di kursi tiga berpayung hijau. Makan doughnut. Gak pake minum, seret juga siyh. We survived. Hamper sejam di sana. Ngobrol, foto-foto. Bengong.

Dania mau nunggu kakaknya aja, biar bisa minta duit. Gw sama Antha pulang. It was just, I think, one of those days that when you think about it, I’d make you smile. It was great.

Tuesday, November 14, 2006

Number 2

Cerita tentang Bintang

Cahayanya terang, terang hingga membinar redup pandangku
Kilaunya pancar, menerangkan temaram lihatku

Bintang ini tak jauh di atas kelam awan malam
Bintang ini terlahir di sini, di dunia yang memang membutuh sinarnya

Dia merupakan bintang yang tak perlu jatuh ke bumi untuk mendapat indahnya
Dia adalah bintang yang berkemilau dengan hanya mengerling matanya

Kala malam, tak akan lelah diriku memandanganya,
Memandang keindahannya.
Terkadang sinarnya lembut lugu menunjukkan centil parasnya
Terkadang sinarnya terang tajam menunjukkan kekuatannya yang maha

Bintangku ini tidak saujana
Bintangku ini dekat, di sini, di pelukku

-w-

Sebuah puisi untuk Kianna Bintang Santosa (Obin).

CreADtive

Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Aduuh… keren amat namanya. HMIK, merupakan sebuah oraganisasi kemahasiswaan tempat gw bernaung ( bernaung… bahasa lo bo… macam Endang Estaurina aja…). Soon, kita akan nyelenggarain kompetisi print ad dengan nama CreADtive. Temanya adalah kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.

Gw…? Panitia…? Awalnya siyh nggak, tapi ternyata gw dicemplungin untuk handle press con. Gw dianggap punya pengalaman di bidang ini. Emang siyh, kalo dari kata-kata, keren kayanya pernah magang di sebuah world leading PR Agency, Ogilvy PR Worldwide. Padahal reality speaking… membabuuuu lah ya gw di sana tiga bulan.

Okay, balik lagi ke kompetisi ini. Tema yang kita angkat emang isu yang lagi marak menurut gw. Perempuan dan rumah tangga, perempuan dan kekerasan, perempuan dan kelemah lembutannya. Stereotype? Mungkin aja… tapi kanyataan yang ada juga seperti itu. Entah karena kukungan adat timur atau apa, tapi kayanya mereka kok nggak pernah mau ungkapin kekerasan yang mereka alami di dalam rumah. Aib katanya, yang tidak seharusnya diberi tau orang lain.

Oh… come on ladies… you’re being harmed here… he is the guy who promised in the eye of God to always protect you. Now that he broke that promise, don’t you think he deserves a little punishment? Maybe just couples of years behind bars would do.

I always tell my married sister that I don’t care how much you love your husband, but once he land those palm in your body, then, it’s enough… he’s not the man you use to love anymore

One thing I always believe in this life. I believe in last chance, not a second chance.

Sunday, November 12, 2006

Memoirs of Moi

There’s not much I can tell about moi. 21, fat, single, have amazingly stupid thoughts, accomplished nothing big, fun, loving, sensitive, loud, and all. I once had a blog, like two years ago, but I was so busy taking care of my sad little real life, so I decided to drop it. Now, since I have more moi time, I said to my self that maybe this is the time for moi to share my thoughts to people. Letting they know what’s going on inside my head. So this is it.

Identity, Lust & Behavior is actually three big components of what so called orientation. Someone who has a certain identity doesn’t always behave the way they should be or interest in something the should. That’s what I find interesting about these components. Ideally speaking, these three things make a human, a complete ideal human. But in reality, they got mixed up. You know what happen when they got mixed up? A unique human being, a different one.

At this point, some of you might find it interesting and you’ll keep on reading, but some… will get bored out of their mind, so please stop reading or you… will get mixed up…hehehe.

In this blog you will find – other than my thoughts – also chain of silly words, so called poetries… huweeekk… but, I think you might like it. They will be mellow, they will be emotional, and they will be confusing. You’ll love it.

Oh, one more thing, in case you didn’t get it, my name is Wigra Anggara.

Saturday, November 11, 2006

Number 1

Waktu itu aku masih buta, waktu itu aku masih bisu
Gulita telah lelah menjadi sahabat dan hening sudah jemu berkawan

Tuhan masih enggan membawaku, kataNya aku belum cukup
Entah apa maksudnya, tapi aku memang belum cukup, cukup semuanya
Ketika berlari, aku belum cukup cepat, ketika sujud, aku belum cukup bersih

Aku terbangun dari mimpi yang syahdu
Mimpi tanpa aku dan tanpa kamu
Mimpi itu tentang kita
Kita berdua, duduk dalam ramai yang sunyi, terlelap dalam hening yang bising

Bulan memandangiku, dia bertanya dengan bahasa yang tak kupahami
Bintang datang untuk membantu sesatku, dengan arah yang simpang
Matahari sinariku, dengan kemilau yang tak pelak ku terawang
Langit payungkanku, dan hujan tetap basahi hatiku
Tapi aku, aku terjatuh dan mengadu pada bumi yang dapat kusentuh

Detik, menit, jam, hari, teruuuuuuuuuus saja…
Sekarang apa, kita dimana
Minggu, bulan, tahun, berhenti.
Tubuh, jiwa, hati, nadi, apa itu semua
Itu kita, itu kamu, itu saya, itu… kata
Tanpa makna, tanpa arti, namun hidup, berdetak, tertawa, diam, ssshh…!!

Wigra. 2006